Nothing is more valuable than family
Cause my family is my everything. (Firdaus Emayati Nangasik)
Music is one of the important components in life
Without music, life would be a mistake.
I am not a perfectionist, but I like to feel that things are done well
More important than that, I feel an endless need to learn, to improve, to evolve, not only to please the coach and the fans, but also to feel satisfied with myself. It is my conviction that there are no limits to learning, and that it can never stop, no matter what our age. (Cristiano Ronaldo)
We are only as strong as we are united
As weak, as we are divided. (Albus Dumbledore)
Mr. Theory of Everything, orang yang jenius
More than 30 years later he spoke out fervently against the war in Iraq. He also joined the BDS movement against Israel, calling the situation "like that in South Africa before 1990. It cannot continue."
He wasn't just one of the most brilliant minds of our times, he was also someone with a social conscience and critical of capitalism, saying:
"If machines produce everything we need, the outcome will depend on how things are distributed. Everyone can enjoy a life of luxurious leisure if the machine-produced wealth is shared, or most people can end up miserably poor if the machine-owners successfully lobby against wealth redistribution. So far, the trend seems to be toward the second option, with technology driving ever-increasing inequality."
Rest in power, Stephen Hawking.
Self Reflection of 2017
Siapa yang sudah mulai membuat target capaian tahun 2018? Cung lagi siapa yang sudah melakukan self reflection atau refleksi diri sendiri tahun ini? Bukan cuma di tempat kerja loh evaluasi kinerja yang akan menentukan bonus tahunan perlu dilakukan, sebagai orang tua, pasangan, anak, saudara, atau apapun peran sosial yang kita jalani, perlu dilakukan evaluasi.
Refleksi erat kaitannya dengan introspeksi dan memungkinkan kita untuk menilai keadaan kita saat ini dari tindakan dan kelakuan yang selama ini kita ambil. Resolusi memang dapat ditentukan tanpa banyak pemikiran dan perencanaan. Terkadang kita menginginkan perubahan yang instan namun terkadang kurang realistis tanpa melakukan refleksi ke belakang.
Padahal dengan refleksi diri kita akan lebih aware atau sadar dan membantu kita agar lebih terarah serta mempermudah kita untuk menetapkan dan mencapai sasaran. Tanpa refleksi akan sulit melakukan perencanaan yang matang, tanpa perencanaan yang matang, bisa jadi resolusi sudah menguap di minggu pertama atau menjadi tidak realistik dan sulit dicapai. Oleh karena itu penting untuk meluangkan waktu untuk memikirkan refleksi diri sebelum menentukan tujuan.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat kita renungkan:
👉 Apa pencapaian terbaik saya tahun ini (tidak perlu besar, atau wah, hal-hal kecil pun juga dapat dihitung). Don’t be so hard on yourself as if you’ve accomplished nothing (ngomong sama diri sendiri juga, karena saya termasuk yang lebih mudah mengatakan kelemahan saya dibandingkan titik-titik promosi)
👉 Bagaimana perasaan saya terhadap pencapaian tersebut?
👉 Apa 3 tantangan/rintangan terberat tahun ini? Dan bagaimana saya mengatasinya? Apakah hal tersebut merubah saya?
👉 Apakah saya bersyukur akan tahun ini?Apakah saya berkembang secara personal?
👉 Apakah saya melakukan hal yang berbeda tahun ini?Apakah saya sudah cukup bersenang-senang tahun ini? Apakah saya puas?
👉 Siapa yang telah menolong, atau berpengaruh dalam hidup saya tahun ini?Apa yang membuat saya benar-benar bangga?
👉 Apakah semua yang saya lakukan tahun ini sejalan dengan tujuan hidup/mimpi saya?
BISMILLAH UNTUK TAHUN 2018, SEMOGA PENUH BERKAH
Untuk saya pribadi, banyak hal yang telah saya lewatkan di tahun 2017, mulai dari hal yang menyedihkan hingga yang menyenangkan, dari yang negatif sampai ke yang postif dan lain sebaginya. Pelajaran demi pelajaran sudah saya dapatkan dari segala aktivitas selama satu tahun ini. Syukur alhamdulillah..
Jujur di tahun 2017 kemarin, saya juga masih merasa banyak kekurangan dalam berbagai hal, sekarang waktu yang tepat untuk introspeksi diri sekaligus merenung dan berfikir apa saja resolusi ataupun rencana yang akan saya kejar dan raih. banyak harapan banyak keinginan yang ingin saya wujudkan, seperti meningkatkan kualitas ibadah, mengembangkan karir dan bisnis, membahagiakan orang tua atau mungkin melaksanakan ibadah Haji/Umroh, Amin.. InsyaAllah. Semua itu akan saya tata dan mulai ketika awal tahun 2018.
Pada saat kita mempunyai rencana, akan melaksanakan sebuah kegiatan, tentu tidak serta merta membuat kita langsung berjalan begitu saja. Karena sebuah keinginan dan usaha tidak akan tercapai apabila tidak diiringi dengan do'a. Maka dari itu mari kita sambut tahun baru 2018 nanti dengan iringan do'a dan mengucap kata Bismillah sebagai penanda awal kegiatan baru kita nanti supaya berkah.
Bismillah Untuk Tahun 2018, Semoga Penuh Berkah. Karena dengan mengucapkan bismillah, kita berharap bahwa Allah SWT akan selalu bersama sama dengan kita. Selain itu berharap semoga Allah SWT akan menolong dan memberikan berkah dalam proses pekerjaan yang kita lakukan.
Dalam artikel yang pernah saya baca di dakwatuna.com menyebutkan, Seorang ulama besar Sayid Abu Ala Maududi dalam kitab tafsirnya Tafhim Al-Qur’an berpendapat jika seorang muslim melakukan segala sesuatu dengan nama Allah dengan sadar dan tulus maka sudah tentu akan menghasilkan 3 hal yang baik yaitu :
Ia akan terlindungi dari kejahatan atau pengaruh buruk, karena dengan melibatkan nama Allah si fulan akan berpikir apakah segala niat dan tindakannnya sudah sesuai dengan standar kebaikan Allah SWTDengan menyebut nama Allah akan menciptakan sikap yang benar dan mengarahkan si fulan menuju arah yang benarIa akan menerima pertolongan dan berkah dari Allah dan terlindungi dari godaan setan.
Dengan melibatkan Allah SWT dalam setiap tindakan kita maka segala tindakan kita akan selalu berorientasi kepada Allah SWT dan hal tersebut ditransformasikan dari suatu pekerjaan biasa menjadi suatu aktivitas ibadah yang bernilai di mata Allah SWT. Amin Ya Rabbal 'Alamin..
Mereka yang Jarang Pamer Di Media Sosial, Hidupnya Justru Lebih Sukses dan Bahagia.
Bagi sebagian kamu, media sosial mungkin tak ubahnya buku diari. Apa pun yang tengah kamu rasa dan alami tak segan kamu bagi di laman media sosialmu. Seperti sudah menjadi sesuatu yang lumrah manakala pencapaian dan kemesraan dengan pasangan dikabarkan di media sosial. Bukan sesuatu yang perlu diperkarakan memang. Namun, akan berubah menjadi sesuatu yang menyebalkan manakala kamu memposisikan diri sebagai orang lain yang membacanya. Bayangkan, ketika kamu membuka lini masamu, tiba-tiba dipenuhi dengan postingan orang lain yang bernada pamer pencapaian atau umbar kemesraan dengan pasangan. Sontak, kamu akan menggerutu dengan bilang iuh.. Atau apaan sih..
Di tengah banyaknya orang yang hobi memposting sesuatu bernada pamer yang menyebalkan tersebut, nyatanya masih ada segelintir orang yang memilih untuk memposting sesuatu yang bermanfaat di media sosial. Mereka yang enggan untuk pamer di lini masa. Namun, meski terkesan jarang berbagi pencapaian atau kebersamaan dengan pasangan, bukan berarti mereka tak punya prestasi atau kebahagiaan yang bisa dibagi. Di balik heningnya lini masa mereka, sebenarnya mereka punya kehidupan yang lebih sukses dan bahagia daripada mereka yang berisik di media sosial.
1. Jarang memposting pencapaian di media sosial bukan berarti mereka pribadi yang tertutup. Justru bagi mereka pencapaian cukup dirayakan oleh orang-orang tersayang
Di tengah banyaknya orang yang narsis, nyatanya masih ada segelintir orang yang enggan pamer di lini masa mereka. Bagi mereka, segala pencapaian cukup dibagi pada orang-orang terdekat. Momen yang membahagiakan pun tak melulu harus diposting di lini masa mereka. Prestasi atau kebersamaan dengan teman dan pasangan tak harus setiap waktu di posting ke lini masa mereka. Tapi, foto mereka sendiri sering muncul di instagram teman-teman mereka, meski mereka tidak mempostingnya. Meski terkesan tertutup, nyatanya dibalik itu mereka punya kehidupan yang bahagia dan punya banyak teman.
2. Pun postingan saat mereka traveling jauh dari kesan pamer tapi lebih informatif. Bahkan muka sendiri seringkali tak pernah nampang
Di zaman yang serba digital ini, banyak orang yang ketagihan untuk memposting apa pun ke media sosial mereka. Termasuk kegiatan traveling mereka. Tak masalah memang, karena itu menjadi hal siapa saja. Namun, berubah menjadi sesuatu yang menyebalkan manakala postingan foto traveling tersebut disertai dengan caption yang bernada pamer seperti foto yang mereka unggah di lini masa milik mereka seringnya disertai dengan caption yang jauh dari kesan pamer. Bahkan seringnya, wajah mereka tak pernah kelihatan di sejumlah foto yang mereka posting. Karena bagi mereka traveling adalah momen untuk menyegarkan pikiran dan bukan untuk dipamerkan.
3. Tak hanya tentang pencapaian, mereka biasanya juga enggan mengumbar kemesraan di media sosial. Kalaupun memposting foto bersama pasangan, seringnya disertai caption yang meneduhkan
Jarang mengumbar mesra di media sosial, tak berarti kehidupan percintaan mereka tak berjalan bahagia. Mereka berprinsip bahwa kebersamaan dengan pasangan tak harus selalu diposting ke media sosial. Kalaupun sesekali memposting foto bersama pasangan, seringnya disertai dengan caption yang puitis dan bikin ‘baper’ yang bacanya. Tanpa memperlihatkan kedekatan fisik yang berlebihan seperti postingan di atas, sudah cukup memperlihatkan status kalian sebagai pasangan.
4. Kebahagiaan atas segala pencapaian tak harus disertai like atau love di media sosial. Justru mereka yang tak harus lari ke medsos, punya kebahagiaan yang lebih riil
Banyak orang yang hobi memposting foto kebersamaan dengan teman-temannya, nyatanya selalu merasa sepi. Apa yang ditampilkan di lini masa mereka hanya tameng untuk menutupi kehidupan mereka yang sesungguhnya, yang selalu merasa sepi dan kosong. Tapi, di sisi lain mereka ingin diakui orang lain sebagai pribadi yang selalu bahagia. Berbeda dengan mereka yang hidupnya memang benar-benar dikeliling oleh keluarga dan sahabat yang tulus menyayangi mereka. Jadi, mereka tak butuh pengakuan dari orang-orang di media sosial, karena hidup mereka sudah cukup bahagia.
5. Ketimbang sibuk membangun citra diri di media sosial, mereka lebih memilih menyibukkan diri untuk mengusahakan mimpi. Pamer di media sosial hanya buang-buang waktu
Kesibukan berkarya membuat mereka tak punya cukup waktu untuk pamer hal yang nggak penting di media sosial. Karena sebagian besar waktu mereka digunakan untuk mengusahakan cita-cita yang selama ini mereka harapkan menjadi nyata. Pun jika ada waktu untuk memposting sesuatu, sebisa mungkin adalah hal yang mengajak pada kebaikan.
6. Bagi mereka, media sosial adalah laman untuk menyebar kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat. Tak ayal jika laman media sosial mereka lebih banyak diwarnai dengan postingan bernada charity
Ketimbang sesumbar tentang penghargaan atau prestasi yang pernah diraih, mereka lebih senang mewarnai lini masa mereka dengan sesuatu yang bernada kebaikan. Entah sekadar memposting quotes yang meneduhkan hati atau bahkan postingan tentang kegiatan amal. Selain itu, tanpa bermaksud untuk ria, mereka lebih senang membagi pengalaman mereka berkegiatan sosial. Dengan tujuan untuk menularkan virus berbuat baik. Media sosial adalah kemajuan teknologi yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebisa mungkin, semua postingan yang tersebar luas akan punya nilai kebajikan tersendiri.
Semoga kita jadi lebih bijak dalam hal memposting sesuatu di lini masa. Karena tidak semua orang nyaman dengan apa yang kita posting. Pastikan bahwa tujuan kita memposting sesuatu di media sosial bukan untuk pamer, melainkan didasari tujuan untuk mengajak pada kebaikan.
Bahaya & Dosa Ghibah - Membicarakan Aib Orang Lain
Ghibah (bergunjing) adalah membicarakan aib atau kekurangan dan kelemahan orang lain, termasuk menjelek-jelekkan atau istilah populernya "bullying".
"Hai orang orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah Maha penerima taubat lagi Maha penyayang."(QS. Al Hujurat :12).
DIKISAHKAN, pada malam Isra' Mi'raj, Nabi Muhammad Saw melewati suatu kaum yang sedang mencakar-cakar wajah mereka sendiri dengan kukunya.
Ketika hal itu ditanyakan Nabi Saw kepada Malaikat Jibril yang mendapinginya waktu itu, Jibril menjawab, "Itulah gambaran orang yang suka menggunjing (ghibah) sesamanya".
Disebutkan dalam sebuah hadits shahih.
“Ketika beliau (Nabi Saw) di-mi’rajkan, beliau melewati sekelompok orang yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku tembaga tersebut. Lalu beliau bertanya kepada Jibril: 'Wahai Jibril siapa mereka itu?.' Jibril menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang sering 'makan daging manusia', dan mereka yang suka membicarakan kejelekan orang lain” (HR Ahmad dan Abu Dawud dari Anas ra.)
Yang dimaksud "sering makan daging manusia" oleh Jibril tak lain adalah QS. Al-Hujurat:12 di atas yang mengibaratkan ghibah dengan "memakan daging saudaranya yang telah mati (mayat)".
Larangan ghibah juga ditegaskan Nabi Saw.
"Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)? Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu. Kemudian beliau Saw bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau Saw menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan kebohongan)” (HR Muslim).
LEBIH BESAR DARI DOSA ZINA
Dari penjelasan ringkas di atas, sudah jelas, betapa besar bahaya dan dosa ghibah. "Ngomongin orang", dalam perspektif risalah Islam, merupakan perbuatan tercela yang berakibat dosa.
Bahkan, Imam Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menyebutkan, ghibah itu lebih besar dosanya daripada zina. "Menbicarakan kejelekan orang lain itu lebih keji dari pada 30 kali perbuatan zina".
Mungkin di antara kita, secara sadar ataupun tidak sadar, sering terlibat perbuatan ghibah. Dalam percakapan atau obrolan sehari-hari, sering obrolan itu menjurus dan tenggelam dalam ghibah. Meskipun kejelekan atau kekurangan orang lain itu faktual, benar-benar terjadi alias sesuai dengan kenyataan, tetap saja itu ghibah.
Contoh ghibah banyak sekali. Bahkan ketika kita mengatakan "pendek amat orang itu" misalnya, itu termasuk ghibah. Diriwayatkan, ketika Siti Aisyah memberikan isyarat dengan tangannya tentang seorang wanita yang pendek, Rasulullah Saw bersabda, "Kamu menggunjingnya?".
Ghibah termasuk akhlak tercela. Tersirat di dalamnya perbuatan tercela lain seperti sombong, merasa diri paling baik dan benar, serta menghina orang lain.
Ketercelaan ghibah dapat dirasakan betapa tersinggung perasaan kita, atau sakit hatinya kita, bahkan betapa marahnya kita, jika kejelakan dan kekurangan kita dibicarakan orang lain.
Muslim yang baik takkan suka bergunjing. Nabi Muhammad Saw bersabda, "orang Muslim adalah yang selamat Muslim lainnya dari ucapannya dan tangannya". Al-Muslimu man salimal Muslimina min lisanihi wa yadihi.
GHIBAH YANG DIBOLEHKAN
Namun demikian, tidak selamanya ghibah itu dilarang. Al-Hasan sebagaimana dikutip Imam Al-Ghazali dalam Teosofia Al-Quran,menyebutkan:
"Ada tiga golongan tidak termasuk menggunjing jika menyebut aib mereka, yaitu orang yang mengikuti hawa nafsu, orang fasik yang melakukan kefasikan secara terang-terangan, dan pemimpin yang menyeleweng".
Memperingatkan sesama Muslim atas kejahatan seseorang pun termasuk ghibah yang dibolehkan. Mengungkap pemimpin (pejabat) yang korup atau menyalahgunakan jabatan termasuk ghibah yang dibolehkan. Itu adalah tadzkirah sekaligus koreksi bagi sang pemimpin yang mestinya menjadi teladan.
Imam Nawawi dalam Syarah Muslim juga mengemukakan, ada enam keadaan yang dibolehkan menyebutkan ‘aib orang lain (ghibah):
1. Mengadukan perbuatan zhalim atau perbuatan jahat orang lain yang dialami kepada penguasa atau pada pihak yang berwenang.
2. Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu perbuatan mungkar dan untuk membuat orang yang berbuat kemungkaran tersebut kembali pada jalan yang benar.
3. Meminta fatwa (nasihat hukum) kepada seorang mufti. Misalnya, seseorang bertanya kepada mufti: “Saudara kandungku telah menzalimiku demikian dan demikian. Bagaimana caranya aku lepas dari kezaliman yang ia lakukan?”
4. Mengingatkan kaum Muslimin terhadap suatu kejelekan seperti mengungkap jeleknya hafalan seorang perawi hadits.
5. Membicarakan orang yang terang-terangan berbuat maksiat dan bid’ah terhadap maksiat atau bid’ah yang ia lakukan, bukan pada masalah lainnya.
6. Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah ma’ruf dengannya, seperti menyebutnya si buta. Namun, jika ada ucapan yang bagus, itu lebih baik. (Syarh Shahih Muslim).
KIAT MENGHINDARI GHIBAH
Bagaimana kiat menghindari ghibah? Al-Ghazali memberikan sejumlah kiat.
Pertama, dengan mengingat beratnya dosa atau adzab bergunjing. Misalnya mengingat selalu hadits "Sesungguhnya ghibah itu akan menghanguskan kebaikan seseorang lebih cepat daripada jilatan api atas kayu bakar".
Kedua, dengan merenungi aib atau kejelekan/kekurangan diri sendiri. Dengan begitu kita akan sibuk memperbaiki aib sendiri dan mengabaikan aib orang lain (tidak suka bergunjing).
Menurut al-Ghazali, jika kita telanjur bergunjing, bergegaslah beristighfar, lalu meminta maaf orang yang kita gunjingkan. Kalau tidak bisa bertemu dengan orang itu, banyaklah memujinya dan mendoakan serta menyebut kebaikannya.
Semoga kita terhindari dari dosa besar ghibah ini. Amin!
Kutipan hari ini...
Bekerjalah dengan ketulusan maka semesta akan memberimu jalan menuju keberhasilan
Cc : Firginiya Firdaus & Muhammad Agung Utama Firdaus